Beranda | Artikel
Rincian Amal Jariyah (seri 2): Membangun Masjid
Senin, 3 Oktober 2016

Di antara amal jariyah yang saat ini dibahas adalah membangun masjid.

 

5- Membangun Masjid

Karena masjid adalah tempat yang paling dicintai di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

“Sebaik-baik negeri (tempat) yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid. Sebaik-baik tempat yang dibenci oleh Allah adalah pasar.” (HR. Muslim, no. 671)

Tentang masjid pula Allah sebutkan,

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.” (QS. An-Nur: 36)

Maksud ayat di atas, inilah tempat yang Allah perintahkan bersih dari berbagai kotoran dan hal-hal yang melalaikan (laghwu), juga bersih dari perbuatan dan perkataan yang tidak pantas. Pernyataan seperti ini seperti dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah, Abu Shalih, Adh-Dhahak, Nafi’ bin Jubair, Abu Bakr bin Sulaiman bin Abi Hatsmah, Sufyan bin Husain, dan ulama tafsir lainnya. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5: 546.

Masjid inilah nantinya diisi dengan shalat, diisi dengan tilawah Al-Qur’an, diisi dengan dzikir pada Allah, di dalamnya disebarkan ilmu-ilmu dinul Islam serta dimanfaatkan untuk kemaslahatan kaum muslimin lainnya. Siapa yang membangun masjid untuk maksud semacam ini, nantinya akan mendapatkan ganjaran dan sebagai amal jariyah.

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari, no. 450; Muslim, no. 533).

 

Dari ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يُذْكَرُ فِيهِ اسْمُ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

“Siapa yang membangun masjdi lalu di dalamnya digunakan untuk berdzikir (mengingat) nama Allah, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 735; Ahmad, 1: 20. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

 

Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.

Ibnu Hajar dalam Al-Fath (1: 545) menyatakan,

(مَنْ بَنَى مَسْجِدًا) التَّنْكِير فِيهِ لِلشُّيُوعِ فَيَدْخُلُ فِيهِ الْكَبِير وَالصَّغِير ، وَوَقَعَ فِي رِوَايَةِ أَنَس عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا

“Maksud dari “siapa yang membangun masjid” digunakan isim nakirah yang menunjukkan keumuman, sehingga maksud hadits adalah siapa yang membangun masjid besar maupun kecil. Dalam riwayat Anas yang dikeluarkan oleh Tirmidzi yang mendukung yang menyatakan dengan masjid kecil atau besar.”

 

Masih melanjutkan penjelasan Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur dan menderum yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Ada riwayat Jabir semakin memperkuat hal ini.

Di setiap kampung hendaklah pula dibuatkan masjid agar orang bisa melaksanakan shalat lima waktu dengan mudah. Dalam Sunan Abi Daud disebutkan judul Bab “Membangun Masjid di Perkampungan”, lalu dibawakanlah dua hadits berikut.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِبِنَاءِ الْمَسَاجِدِ فِى الدُّورِ وَأَنْ تُنَظَّفَ وَتُطَيَّبَ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid di kampung-kampung, hendaklah masjid tersebut dijaga kebersihan dan dibuat dalam keadaan wangi. (HR. Abu Daud, no. 455; Tirmidzi, no. 594; Ibnu Majah, no. 758. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

 

عَنْ أَبِيهِ سُلَيْمَانَ بْنِ سَمُرَةَ عَنْ أَبِيهِ سَمُرَةَ أَنَّهُ كَتَبَ إِلَى ابْنِهِ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَأْمُرُنَا بِالْمَسَاجِدِ أَنْ نَصْنَعَهَا فِى دِيَارِنَا وَنُصْلِحَ صَنْعَتَهَا وَنُطَهِّرَهَا.

Dari Samurah, ia pernah menulis surat pada anaknya yang bernama Sulaiman, yang isinya, “Amma ba’du, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan kepada kami untuk membuat masjid di kampung kami, lalu memperbagus pembuatannya dan menjaga kebersihannya.” (HR. Abu Daud, no. 456; Ath-Thabrani dalam Al-Kabir, 7: 252. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if)

 

Semoga kita bisa menjadikan pembangunan masjid seperti ini sebagai amal jariyah.

 

Dikembangkan dari penjelasan Syaikh ‘Abdur Razaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr di sini.

Bersambung insya Allah.

@ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 2 Muharram 1438 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam

Biar membuka Rumaysho.Com mudah, downloadlah aplikasi Rumaysho.Com lewat Play Store di sini.


Artikel asli: https://rumaysho.com/14523-rincian-amal-jariyah-seri-2-membangun-masjid.html